Gowa  

Potensi Besar Gowa di Sektor Peternakan, Manuju Jadi Kecamatan Pengembangan Ayam Boiler 

Avatar photo

MANUJU— Kabupaten Gowa punya potensi besar di sektor peternakan. Telah banyak berdiri peternakan ayam boiler (ayam potong) dan ayam petelur di daerah ini.

Salah satu peternakan ayam boiler terbesar ada di Desa Moncongloe, Kecamatan Manuju. Rerata, masyarakat disini pun berprofesi menjadi peternak ayam boiler.

Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan mengakui daerah yang dipimpinnya ini memiliki potensi besar di sektor peternakan. Manuju, kata dia, jadi kecamatan pengembangan ayam boiler.

“Untuk di wilayah ini sudah ada tiga close house ayam potong yang mensuplai kebutuhan masyarakat Makassar dan lainnya. Selain itu Kabupaten Gowa ini juga menjadi penyandang Makassar mulai dari kebutuhan makannya, sayurannya, bahkan airnya semuanya berasal dari Gowa,” ungkap Adnan saat mendampingi Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin berkunjung di lokasi peternakan ayam Radjawalie Farm di Desa Moncongloe, Kecamatan Manuju, Kamis (19/10/2023).

Baca Juga:  Berkinerja Baik, Pemkab Gowa Perpanjang SK 390 PPPK Formasi 2021

Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar mengaku, sektor peternakan Sulsel akan dipacu. Karena itu, kehadiran Radjwalie Farm di Kecamatan Manuju ini diyakini bisa menopang pengembangan sektor peternakan di Sulsel.

“Jadi memang harus ada alternatif usaha yaitu peternakan. Ini pakannya juga dari jagung sehingga dari hulu hingga hilir bisa kita hidupkan,” ujarnya

Melalui kunjungan ini pula, Ia ingin mengetahui peluang dan kendala yang mungkin dihadapi dalam beternak ayam petelur, termasuk berapa modal yang dibutuhkan untuk pembuatan kandang.

“Saya belajar di sini, kalau kita bikin kandang dengan 3.000 ekor cukup dengan uang Rp 650 juta. Itu sampai bertelur dan setiap hari bisa meraup Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta,” beber Bahtiar.

Baca Juga:  Masyarakat Biringbulu Sebut Pos Pelayanan Publik Bukti Cinta AdnanKio

Peternakan kambing juga dinilainya potensial. Untuk anaknya saja yang baru keluar atau yang baru dilahirkan itu harganya kisaran Rp2,5 juta, dengan bibit indukan impor.

“Makanya saya ajak teman-teman dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan bagaimana caranya belajar dengan orang yang sukses di bidangnya. Rencananya saya akan kembangkan Pucak Maros itu jadi kawasan pusat peternakan ayam dan kambing,” katanya.

Dirinya yakin sektor peternakan akan menjadi sumber pendapatan alternatif masyarakat dan mengatasi kemiskinan di Sulsel.(rus)