PARANGLOE–Petani di Panynyeroang, Kelurahan Lanna, Kecamatan Parangloe, Gowa dalam kondisi memprihatinkan.
Mereka kini hidup berkelindang lara gegara sawah yang jadi mata pencaharian tak bisa lagi digarap.
Sudah dua tahun lamanya, sawah mereka tak berproduksi. Terakhir petani di Panynyeroang menanam padi pada tahun 2020 lalu. Itu pun gagal panen.
Kepedihan petani mulai dialami seiring dengan hancurnya sand pocket 1 di Sungai Jeneberang. Ulah oknum penambang ilegal, membuat bangunan penahan sedimen yang dibangun dengan biaya besar oleh BBWS-Pompengan Jeneberang Ditjen SDA Kementerian PUPR itu jebol. Reruntuhan material Sandpocket 1 menutup irigasi ke areal persawahan.
Keresahan petani di Panynyeroang membuat Ketua Peradi Bersatu Makassar, Muhammad Idris Daeng Rumpa prihatin. Caleg PAN DPRD Sulsel Dapil 3 (Gowa-Takalar) itu pun menyurati BBWS- Pompengan Jeneberang.
Dalam surat tertanggal 24 Oktober 2023, Muhammad Idris mendesak BBWS-Pompengan Jeneberang memikirkan solusi saluran irigasi yang menghambat pertanian warga Panynyeroang.
“Kasihan warga Panynyeroang. Mereka dirugikan oleh proyek Pompengan. Irigasi pertanian rusak karena tertimbun reruntuhan material Sandpocket 1. Ini akan saya perjuangkan. Saya sudah surati Balai Pompengan,” ucap Idris, Rabu (1/11/2023).
Sebelum menyurati Balai Pompengan, Idris terlebih dulu menerima keluhan dari warga Panynyeroang. Warga Panynyeroang meminta Idris membantu mengadvokasi ke pihak terkait agar irigasi pertanian ke areal persawahan bisa berfungsi kembali.
“Kondisi saluran irigasi menggantung dengan ketinggian mencapai 2-3 meter. Pihak warga mau berinisiatif untuk membuat saluran sendiri dengan memindahkan patahan bangunan yang menutupi saluran irigasi menuju persawahan. Kami berharap pihak BBWS-Pompengan Jeneberang dapat memberikan solusi atas kondisi petani di Panynyeroang,” pintanya.
Idris bertekad akan berupaya keras membantu kesulitan petani di Panynyeroang. Sebab dirinya sadar, sawah tersebut menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat Panynyeroang.
“Adapun lahan persawahan yang tidak bisa digarap itu sebanyak 50 bidang dengan luas mencapai 40000 M2 atau 40 hektare,” sebutnya.
Warga Panynyeroang, Dg Pa’ala mengungkapkan, aktivitas penambang ilegal memberi andil atas penderitaan petani di wilayahnya.
Pria yang menjabat Ketua RT itu mengaku atas nama warga telah berulangkali menyurati pemerintah setempat mulai kelurahan, camat hingga kabupaten. Namun sejauh ini, upaya tersebut tidak berhasil.
“Sebetulnya warga disini ingin memperbaiki saluran irigasi secara swadaya. Tapi kami butuh difasilitasi izin oleh Balai Pompengan. Harapan kami sekarang ada sama Dg Rumpa (Muhammad Idris). Semoga beliau bisa tembus Pompengan,” harapnya.
Terpisah, Subkor OP Bendungan BBWS-Pompengan Jeneberang, Firdaus menegaskan, perbaikan sandpocket yang berdampak pada saluran irigasi tidak bisa dilakukan jika aktivitas penambangan masih ada.
“Tidak bisa selama masih ada kegiatan penambangan,” ketusnya.
Terkait aspirasi surat yang disampaikan warga Panynyeroang melalui Muhammad Idris, Firdaus memberikan respon positif. BBWS-Pompengan Jeneberang akan memberi izin.
“Untuk aspirasi warga ingin memperbaiki saluran irigasi yang tertutup reruntuhan material Sandpocket, kita terima dan bolehkan,” tutupnya.(rus)